Tindakan pencegahan dapat dilakukan pada anak usia kelas lima hingga enam sekolah dasar yaitu dengan scull screening. Namun pada penderita skoliosis tetap dilakukan penanganan. Tujuan dilakukan tata laksana pada pasien skoliosis meliputi beberapa hal penting. Diantaranya yaitu mencegah progesifitas dan mempertahankan keseimbangan, selain itu juga mempertahankan fungsi respirasi, mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis, serta demi kenyamanan pasien dalam hal penampilan Menurut Respati, terapi yang dapat menjadi pilihan bagi penderita skoliosis adalah observasi, orthosis dan operasi.
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, atau sudut kurang dari 25 derajat pada tulang yang masih tumbuh. Sedangkan pada tulang yang sudah berhenti tumbuh sudut kurang dari 50 derajat. Sementara rata-rata tulang berhenti tumbuh pada usia sekitar 18 tahun, tuturnya.
Di sisi lain, terapi orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan sebutan brace. Pasien yang memerlukan alat ini adalah yang memiliki indikasi pada kunjungan pertama ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30 hingga 40 derajat. Selain itu juga kemudian terdapat progesifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.
Respati menambahkan, tidak semua kasus skoliosis harus ditangani dengan operasi. Indikasi dilakukannya operasi pada skoliosis adalah jika derajat pembengkokan lebih dari 40 derajat pada tulang yang masih tumbuh. Kemudian pembengkokan lebih dari 50 derajat pada tulang yang telah berhenti tumbuh. Skoliosis pada orang tua atau tulang yang sudah berhenti tumbuh jika sudut pembengkokan lebih dari 50 derajat harus dioperasi. Jika tidak, semakin lama akan semakin berat dan menimbulkan rasa nyeri hebat karena beban yang hanya menumpu pada satu sisi; paparnya.
Sumber http://www.harianjoglosemar.com/berita/cegah-skoliosis-dengan-deteksi-dini-40721.html
0 comments:
Post a Comment